REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di era teknologi yang serba canggih sekarang
ini, tak sedikit orang tua yang memberikan kebebasan kepada buah
hatinya menggunakan gadget. Padahal, anak yang sejak kecil memiliki
ketergantungan pada gadget memicu bahaya. Pasalnya, ketergantungan
tersebut membuat sang anak memiliki hubungan yang kurang baik dengan
orang tuanya.
Hal itu diungkapkan Psikolog anak, Ratih Andjayani
Ibrahim pada sebuah acara peluncuran program pendidikan dan kesehatan di
Jakarta, Selasa (5/6) kemarin. "Rasa adiksi anak pada gadget, dapat
membuatnya bosan dan sulit berkonsentrasi pada dunia nyata, terutama
untuk mendengarkan orang tuanya," ujar Ratih.
Ratih mengatakan,
adiksi pada gadget membuat anak-anak sampai bingung dan galau bila tidak
ada gadget. Padahal, gadget hanyalah sebuah benda yang mereka belum
benar-benar membutuhkannya.
Namun faktanya, pada saat ini kita
hidup dalam era teknologi dan sulit untuk menjauhkan gadget dari
anak-anak. "Kalau kita jauhkan gadget dari anak-anak, nanti mereka jadi
ketinggalan zaman. Namun ada cara untuk membuat anak-anak tidak adiksi
terhadap gadget," imbuh Ratih.
Dijelaskannya, sebaiknya orang tua
mengajari anak dan menjelaskan kapan waktu yang tepat untuk mereka
boleh menggunakan gadget. "Anak tidak akan adiktif kepada gadget, bila
orang tua mampu memberikan kualitas waktu yang baik untuk anak-anaknya,"
kata Ratih menandaskan.
1. Mengalami penurunan konsentrasi.
Anak mengalami penurunan
konsentrasi saat belajar. Konsentrasinya menjadi lebih pendek dan tidak
peduli dengan lingkungan sekitar. Anak lebih senang berimajinasi seperti
dalam tokoh game yang sering ia mainkan menggunakan gadget-nya.
2. Mempengaruhi kemampuan menganalisa permasalahan.
Ketika
belajar, anak tidak mau mencari data dan tidak tertantang untuk
melakukan analisis. Anak menginginkan sesuatu yang serba cepat dan
langsung terlihat hasilnya. Ada pun proses untuk mencapai hasil akhir
itu tidak dipedulikan.
3. Malas menulis dan membaca.
Gagdet
menjadikan anak malas menulis dan membaca. Dengan perangkat gadget,
maka aktivitas menulis menjadi lebih mudah, ini memengaruhi keterampilan
menulis anak. Tak hanya itu, perangkat visual pun tampak lebih menarik
dan menggoda, karena dapat memperlihatkan sesuai dengan kenyataan.
Akibatnya anak-anak menjadi malas membaca. Sebab, membaca menuntut anak
untuk mengembangkan imajinasi dari kesimpulan yang dibaca.
4. Penurunan dalam kemampuan bersosialisasi.
Anak
menjadi tidak peduli dengan lingkungan sekitar serta tidak memahami
etika bersosialisasi. Anak tidak tahu, bila ada banyak orang
menginginkan sesuatu yang sama, maka wajib antre agar tertib. Ini
terjadi karena anak tidak memahami adanya sebuah proses. Apa yang
diinginkan harus segera ada dan terwujud, karena terbiasa mendapat
pemahaman melalui games atau tontonan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar